PARADIGMA BARU DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN LEARNING IS FUN
Ditulis pada April 27, 2008 oleh wijanto
Oleh Drs. Anwar Fuady, M.Ed
Widyaiswara Madya P4TK-BMTI Bandung
Learning is fun. Belajar itu menyenangkan. Tapi, siapa yang menjadi stakeholder dalam proses pembelajaran yang menyenangkan itu? Jawabannya adalah siswa. Siswa harus menjadi arsitek dalam proses belajar mereka sendiri. Kita semua setuju bahwa pembelajaran yang menyenangkan merupakan dambaan dari setiap peserta didik. Karena proses belajar yang menyenangkan bisa meningkatkan motivasi belajar yang tinggi bagi siswa guna menghasilkan produk belajar yang berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan proses belajar, faktor motivasi merupakan kunci utama. Seorang guru harus mengetahui secara pasti mengapa seorang siswa memiliki berbagai macam motif dalam belajar. Ada empat katagori yang perlu diketahui oleh seorang guru yang baik terkait dengan motivasi “mengapa siswa belajar”, yaitu (1) motivasi intrinsik (siswa belajar karena tertarik dengan tugas-tugas yang diberikan), (2) motivasi instrumental (siswa belajar karena akan menerima konsekuensi: reward atau punishment), (3) motivasi sosial (siswa belajar karena ide dan gagasannya ingin dihargai), dan (4) motivasi prestasi (siswa belajar karena ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa dia mampu melakukan tugas yang diberikan oleh gurunya).
Dalam paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada ‘mempelajari cara belajar’ (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran. Sedangkan pendekatan, strategi dan metoda pembelajarannya adalah mengacu pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai usaha belajar siswa dengan proses enquiry & discovery learning. Dengan pembelajaran konstruktivisme memungkinkan terjadinya pembelajaran berbasis masalah. Siswa sebagai stakeholder terlibat langsung dengan masalah, dan tertantang untuk belajar menyelesaikan berbagai masalah yang relevan dengan kehidupan mereka. Dengan skenario pembelajaran berbasis masalah ini siswa akan berusaha memberdayakan seluruh potensi akademik dan strategi yang mereka miliki untuk menyelesaikan masalah secara individu/kelompok. Prinsip pembelajaran konstruktivisme yang berorientasi pada masalah dan tantangan akan menghasilkan sikap mental profesional, yang disebut researchmindedness dalam pola pikir siswa, sehingga kegiatan pembelajaran selalu menantang dan menyenangkan.
Mengapa Pakem. Pakem yang merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses Interaksi
(siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara).
Pelaksanaan Pakem harus memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya. Dalam pendekatan pembelajaran Quantum (Quantum Learning) ada tiga macam modalitas siswa, yaitu modalitas visual, auditorial dan kinestetik. Dengan modalitas visual dimaksudkan bahwa kekuatan belajar siswa terletak pada indera ‘mata’
(membaca teks, grafik atau dengan melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial terletak pada indera ‘pendengaran’ (mendengar dan menyimak penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada ‘perabaan’ (seperti menunjuk, menyentuh atau melakukan). Jadi, dengan memahami kecenderungan potensi modalitas siswa tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang media, metoda/atau materi pembelajaran kontekstual yang relevan dengan kecenderungan potensi atau modalitas belajar siswa.
Peranan Seorang Guru. Agar pelaksanaan Pakem berjalan sebagaimana diharapkan, John B. Biggs and Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of Learning”, 1987, edisi kedua, menyebutkan paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang guru yang baik dalam proses pembelajaran terhadap siswa:
1.
Memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang sesuai dengan kecenderungan bakat dan minat mereka,
2.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika mereka membutuhkan,
3.
Menghargai potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan entuisme terhadap ide serta gagasan mereka,
4.
Mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang yang diminati dan penghargaan atas prestasi mereka,
5.
Mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang untuk memberikan semangat pada pekerjaan lain berikutnya.
6.
Menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata.
7.
Memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas gaya belajar individu siswa,
8.
Mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri,
9.
Menyatakan kapada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra mereka dan perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.
10.
Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar siswa,
11.
Mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri dan diskaveri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna (meaningful learning) pada siswa.
12.
Memberikan tes/ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balik dan semangat/gairah pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih dalam.
Selanjutnya bentuk-bentuk pertanyaan yang dapat menggugah terjadinya ”pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan” (Pakem), bisa diterapkan antara lain dalam salah satu kegiatan belajar kelompok (studi kasus). Menurut Wassermen (1994), pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang dalam untuk sebuah solusi atau yang bersifat mengundang, bukan instruksi atau memerintah. Misalnya dengan menggunakan kata kerja : menggambarkan, membandingkan, menjelaskan, menguraikan atau dengan menggunakan kata-kata: apa, mengapa atau bagaimana dalam kalimat bertanya. Berikut adalah beberapa contoh bentuk pertanyaan yang bisa memberikan respon kreatif terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
1.
Jelaskan bagaimana situasi ini bisa ditangani secara berbeda ?
2.
Bandingkan situasi ini dengan situasi sekarang !
3.
Ceriterakan contoh yang sama dengan pengalaman Anda sendiri !
Para siswa bisa juga diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang nampaknya sesuai dengan semua skenario. Contoh pertanyaan-pertanyaan berikut dapat memprovokasi siswa untuk berpikir tentang kasus yang dibahas.
1.
Apa yang Anda bayangkan sebagai kemungkinan dari akibat tindakan tersebut ?
2.
Dengan melihat kebelakang, bagaimana Anda menilai diri Anda sendiri ?
3.
Dengan mengatakan yang sesungguhnya, apa kesimpulan Anda tentang isu penting itu ?
Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang diharapkan dalam pelaksanaan konsep Pakem jika peran para guru dalam berinteraksi dengan siswanya selalu memberikan motivasi, dan memfasilitasinya tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, membantu dan mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui proses pembelajaran yang terencana. Perlu dicatat bahwa tugas dan tanggung jawab utama para guru dalam paradigma baru pendidikan ”bukan membuat siswa belajar” tetapi ”membuat siswa mau belajar”, dan juga ”bukan mengajarkan mata pelajaran” tetapi ”mengajarkan cara bagaimana mempelajari mata pelajaran”. Prinsip pembelajaran yang perlu dilakukan: ”Jangan meminta siswa Anda hanya untuk mendengarkan, karena mereka akan lupa. Jangan membuat siswa Anda memperhatikan saja, karena mereka hanya bisa mengingat. Tetapi yakinkan siswa Anda untuk melakukannya, pasti mereka akan mengerti”.
Penilaian Hasil Belajar. Sebuah pertanyaan untuk direnungkan. Apakah sebuah ”Penilaian Mendorong Pembelajaran ?” atau apakah ”pembelajaran itu untuk mempersiapkan sebuah tes ? ” atau apakah ’Pembelajaran dan Tes’ tersebut dilakukan guna mendapatkan pengakuan tentang kompetensi yang diperlukan siswa atau sekolah? Dalam pelaksanaan konsep Pakem, penilaian dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa, baik itu keberhasilan dalam proses maupun keberhasilan dalam lulusan (output). Keberhasilan proses dimaksudkan bahwa siswa berpartisipasi aktif, kreatif dan senang selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan lulusan (output) adalah siswa mampu menguasai sejumlah kompetensi dan standar kompetensi dari setiap Mata Pelajaran, yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Inilah yang disebut efektif dan menyenangkan. Jadi, penilaian harus dilakukan dan diakui secara komulatif. Penilaian harus mencakup paling sedikit tiga aspek : pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ini tentu saja melibatkan Professional Judgment dengan memperhatikan sifat obyektivitas dan keadilan. Untuk ini, pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan pendekatan penilaian alternatif yang paling representatif untuk menentukan keberhasilan pembelajaran Model Pakem.
Media dan bahan ajar. ”Media dan Bahan Ajar” selalu menjasi penyebab ketidakberhasilan sebuah proses pembelajaran di sekolah. Sebuah harapan yang selalu menjadi wacana di antara para pendidik/guru kita dalam melaksanakan tugas mengajar mereka di sekolah adalah tidak tersedianya ’media pembelajaran dan bahan ajar’ yang cukup memadai. Jawaban para guru ini cukup masuk akal. Seakan ada korelasi antara ketersediaan ’media bahan ajar’ di sekolah dengan keberhasilan pembelajarn siswa. Kita juga sepakat bahwa salah satu penyebab ketidakberhasilan proses pemblajarn siswa di sekolah adalah kurangnya media dan bahan ajar.
Kita yakin bahwa pihak manajemen sekolah sudah menyadarinya. Tetapi, sebuah alasan klasik selalu kita dengar bahwa ”sekolah tidak punya dana untuk itu”!.
Dalam pembelajaran Model Pakem, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu mengaksesnya. Tanpa merendahkan sifat dan nilai multimedia elektronik, para guru dapat memilih dan merancang media pembelajaran alternatif dengan menggunakan berbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah di dapat, seperti bahan baku kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dan sebagainya, guna memotivasi dan merangsang proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Dalam kesempatan melakukan studi banding di Jerman, saya melihat bagaimana seorang guru fisika di sebuah Sekolah Kejuruan (Berlin) menggunakan alat peraga simulasi (Holikopter) yang dibuat dari kertas karton yang diapungkan didepan kelas dengan menggunakan sebuah blower untuk memudahkan para siswa dalam memahami prinsip-prinsip yang berkaitan dengan mata pelajaran fisika tersebut. Proses pembelajarannya mudah dipahami dan sangat menyenangkan. Media simulasi ini tidak dibeli sudah jadi, tetapi dirancang oleh seorang guru mata pelajaran fisika itu sendiri. Saya kira inilah yang disebut guru yang kreatif. Jadi, model
’pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan’, atau yang kita sebut dengan PAKEM itu tidak selalu mahal. Unsur kreatifitas itu bukan terletak pada produk/media yang sudah jadi, tetapi lebih pada pola fikir dan strategi yang digunakan secara tepat oleh seorang guru itu sendiri dalam merancang dan mengajarkan materi pelajarannya.
Dalam merancang sebuah media pembelajaran, aspek yang paling penting untuk diperhatikan oleh seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar individu peserta didik, seperti disebutkan dalam pendekatan ’Quantum Learning’ dan Learning Style Inventory’. Media yang dirancang harus memiliki daya tarik tersendiri guna merangsang proses pembelajaran yang menyenangkan. Sementara ini media pembelajaran yang relatif cukup representatif digunakan adalah media elektronik (Computer - Based Learning). Selanjutnya skenario penyajian ’bahan ajar’ harus dengan sistem modular dengan mengacu pada pendekatan Bloom Taksonomi. Ini dimaksudkan agar terjadi proses pembelajaran yang terstruktur, dinamis dan fleksibel, tanpa harus selalu terikat dengan ruang kelas, waktu dan/atau guru. Perlu dicatat bahwa tujuan akhir mempelajari sebuah mata pelajaran adalah agar para siswa memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam Standar Kompetensi (baca Kurikulum Nasional). Untuk itu langkah/skenario penyajian pembelajarn dalam setiap topik/mata pelajaran harus dituliskan secara jelas dalam sebuah Modul. Dengan demikian diharapkan para siswa akan terlibat dalam proses pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dan bermakna (Meaningful Learning).
Rabu, 03 Desember 2008
Senin, 01 Desember 2008
We Are The Best
Conggratulation for Cerdas Cermat Budaya Betawi and Marawis SMK Negeri 54 Jakarta
Grup Marawis SMK Negeri 54 Jakarta di penghujung bulan November 2008 ini berhasil menorehkan prestasinya sebagai Juara I Lomba Marawis Tingkat SMA/SMK wilayah Jakarta Pusat. Disamping itu juga menjadi Juara cerdas cermat Budaya Betawi untuk juara 2, juara 3, dan juara harapan I tingkat wilayah Jakarta Pusat.
Conggratulation...!!! untuk para guru pembina dan juga Bang Urip Arphan !
Foto :(kika)Drs. Yos Mandala HP (Kepsek ), Bang Urip Arfhan ( pembina sanggar budaya Betawi SMKN 54 Jakarta), H.Abdullah Ateng, BA ( Pembina Marawis ) enjoy menikmati pagelaran seni siswa-siswa SMKN 54 Jakarta dalam kegiatan pentas seni budaya.
Birthday for all teachers
Puisi : Untuk Para Pejuang Laskar Pelangi
" Hymne Guru Untuk Indonesia "
25 November prasasti kelahiran buat guru
Mengikrarkan eksistensinya di bumi Indonesia
Masih terngiang di telinga Saya
Pelajaran geografi di masa itu
Bahwa desa dan kampung Saya adalah bagian
dari suatu bangsa
Bangsa yang bernama " Indonesia "
Negara yang bernama " Indonesia "
Yang menjadikan pejuang mendidik anak bangsanya
" Sebatas kegetiran, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa "
Seorang guru tidak membedakan mana anak negeri dan mana anak swasta
Mereka adalah anak-anak Indonesia...
Yang lahir dari rahim ibunda Pertiwi
Mereka tidak memilih untuk lahir menjadi anak Indonesia
Dan Tuhan masih percaya, bahwa Indonesia
masih mampu menjalankan amanah-Nya
untuk mendidik hamba-hamba-Nya
menjadi manusia yang bertaqwa dan beriman...
Indonesia adalah bagian dari desa Saya
Dimana masih adanya anak-anak negeri ini
yang tidak mendapatkan pendidikan semestinya
Karena biaya masuk masih mahal...
Karena biaya buku lebih mahal untuk didapatkan
Karena sebagian mereka tidak mengharapkan rakyat negeri ini pintar
"Loh koq gitu..", karena kalau rakyat negeri ini pintar
Tentunya mereka tidak akan dapat seenaknya menelan anggaran
sampai kekenyangan, bahkan sampai muntah..
Dulu anggota laskar pelangi mengatakan...
"Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku..."
Kini anggota laskar spongebob, laskar doraemon,dan laskar play station
mengatakan bahwa bakti guru hanya terukir di dalam pegadaian
Indonesia adalah bagian dari kampung halaman Saya
Karena masih ada perbedaan kesejahteraan guru negeri guru swasta
Karena masih ada keterpaksaan mereka hanya sekedar menjadi guru
Sekedar mengajar dan bukan mendidik
Dan hanya sekedar menemani siswa menghabiskan hari-harinya tanpa makna
Membangun potensi bangsa
Adalah membangun budaya...
Membangun budaya adalah membangun kedisiplinan
Membangun kedisiplinan adalah mulai membangun diri sendiri
Untuk menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang lain
Menghargai waktu dan menghargai jasa para pejuang bangsa
Pada perenungan Saya yang terbatas
Masih Saya berharap bahwa suatu saat nanti
Indonesia bukanlah bagian dari kampung halaman Saya
Tetapi kampung halaman Saya adalah bagian dari suatu bangsa yang besar
Bangsa ...Indonesia
Disegani dan dihargai dunia, karena kualitas rakyatnya. Amin
" Hymne Guru Untuk Indonesia "
25 November prasasti kelahiran buat guru
Mengikrarkan eksistensinya di bumi Indonesia
Masih terngiang di telinga Saya
Pelajaran geografi di masa itu
Bahwa desa dan kampung Saya adalah bagian
dari suatu bangsa
Bangsa yang bernama " Indonesia "
Negara yang bernama " Indonesia "
Yang menjadikan pejuang mendidik anak bangsanya
" Sebatas kegetiran, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa "
Seorang guru tidak membedakan mana anak negeri dan mana anak swasta
Mereka adalah anak-anak Indonesia...
Yang lahir dari rahim ibunda Pertiwi
Mereka tidak memilih untuk lahir menjadi anak Indonesia
Dan Tuhan masih percaya, bahwa Indonesia
masih mampu menjalankan amanah-Nya
untuk mendidik hamba-hamba-Nya
menjadi manusia yang bertaqwa dan beriman...
Indonesia adalah bagian dari desa Saya
Dimana masih adanya anak-anak negeri ini
yang tidak mendapatkan pendidikan semestinya
Karena biaya masuk masih mahal...
Karena biaya buku lebih mahal untuk didapatkan
Karena sebagian mereka tidak mengharapkan rakyat negeri ini pintar
"Loh koq gitu..", karena kalau rakyat negeri ini pintar
Tentunya mereka tidak akan dapat seenaknya menelan anggaran
sampai kekenyangan, bahkan sampai muntah..
Dulu anggota laskar pelangi mengatakan...
"Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku..."
Kini anggota laskar spongebob, laskar doraemon,dan laskar play station
mengatakan bahwa bakti guru hanya terukir di dalam pegadaian
Indonesia adalah bagian dari kampung halaman Saya
Karena masih ada perbedaan kesejahteraan guru negeri guru swasta
Karena masih ada keterpaksaan mereka hanya sekedar menjadi guru
Sekedar mengajar dan bukan mendidik
Dan hanya sekedar menemani siswa menghabiskan hari-harinya tanpa makna
Membangun potensi bangsa
Adalah membangun budaya...
Membangun budaya adalah membangun kedisiplinan
Membangun kedisiplinan adalah mulai membangun diri sendiri
Untuk menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang lain
Menghargai waktu dan menghargai jasa para pejuang bangsa
Pada perenungan Saya yang terbatas
Masih Saya berharap bahwa suatu saat nanti
Indonesia bukanlah bagian dari kampung halaman Saya
Tetapi kampung halaman Saya adalah bagian dari suatu bangsa yang besar
Bangsa ...Indonesia
Disegani dan dihargai dunia, karena kualitas rakyatnya. Amin
Langganan:
Komentar (Atom)