PIMPINAN DAN STAF SMK NEGERI 54 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Kepala Sekolah : Drs. Iswandy
Waka.Bid.Kurikulum : Suryanto,S.Pd
Waka.Bid. Kesiswaan : Drs. Heman Mandraharja
Waka.Bid.Humas/Hubin : Drs. Darwin Hendarto
Waka.Bid.SaranaPrasarana : Drs. Ig. Dalimunte
Waka.Bid. Manajemen Mutu : Drs. Suhardi
Ka.Subag Tata Usaha : Suparjo
Ka.Prog.Keahlian otomotif : Didik Krisdiyatmo, S.Pd
Waka.Prog.Keahlian otomotif : Nofliardi, S.Pd
Ka.Prog.Keahlian Tek.Pendingin Tata Udara : Widyo Sundomo, S.Pd
Ketua Pokja PSG : Sumarjoto, S.Pd
Ketua Pokja BKK : Dr. Nubrawi S
Ketua BP/BK : Drs. Sucipto
Kepala Perpustakaan : Drs. Marijo
Ketua Unit Produksi : Sahabat Bancin, S.Pd
Pembina OSIS : Drs. Hertony, Dra. Anita S,
Hj.Kurniasih,S.Pd, Yosia N, S.Th
Drs. Wahid Kurniawan
Selasa, 25 November 2008
Artikel.3
PENTINGNYA PEMBINAAN DAN PENINGKATAN DISIPLIN PEGAWAI
Oleh : Ellen
Sejalan dengan laju dan perkembangan pelaksanaan pembangunan nasional, terutama dalam menghadapi tantangan dan persaiangan di era globalisasi, era liberalisasi perdagangan dan juga tantangan dalam menghadapi era informasi dan reformasi di segala bidang. Oleh karenanya dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan tugas-tugas pembangunan merupakan suatu tantangan yang sangat berat didalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya sebagai aparatur pemerintah.
Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah merupakan aparatur pemerintah yang berperan selaku abdi negara dan abdi masyarakat serta sebagai pemikir, perencana, penggerak partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan proses pembangunan. Dan juga sekaligus sebagai pengendali dan pengawas pelaksanaan pembangunan itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan pembangunan nasional dan mewujudkan cita-cita bangsa bernegara sesuai dengan yang diamanatkan di dalam UUD 1945, maka sudah pasti diperlukan aparatur pemerintahan yang dapat diarahkan dapat menjamin penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan serta dapat menjamin pelaksanaan pembangunan yang berdayaguna dan berhasil guna. Dan kaitannya dalam menciptakan kondisi yang demikian maka perlu dilakukan pembinaan pegawai. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah di dalam pembinaan Peagawai Negeri Sipil ( PNS ) diantaranya adalah meliputi penertiban dan pembinaan struktur, prosedur kerja, kepegawaian, maupun sarana dan fasilitas kerja. Sehingga dengan upaya ini diharapkan akan terbentuk aparatur pemerintahan yang ampuh, berwibawa, kuat, berdaya guna dan berhasil guna, bersih, penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara, dan pemerintah.
Faktor manusia dalam suatu organisasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Kemajuan teknologi dan keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini telah menghasilkan manusia yang dari segi pendidikan dapat dikatakan telah memadai dan semakin kritis dalam menghadapi berbagai situasi dan peranan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah. Oleh karenanya aparatur pemerintah tidak dapat lagi memandang masyarakat yang dilayaninya hanya sekedar sebagai obyek semata yang hanya menerima saja apapun yang dilakukan dan diberikan oleh aparatur pemerintah. Namun lebih dari itu, dengan kondisi dewasa ini, maka msayarakat harus dianggap sebagai subyek yang dapat dijadikan mitra, dengan ikut memberikan kesemptan untuk ikut berpartisipasi dan berprakarsa dalam pembangunan.
Dan melalui pembinaan dan penerapan disiplin kerja yang terus dilakukan, maka diharapkan kondisi kerja aparatur pemerintah yang profesional, produktif, efektif, dan efisien dapat diwujudkan. Strategi yang dilakukan melalui penerapan disiplin kerja pegawai ini merupakan suatu tuntutan bagi berlangsungnya kehidupan bersama yang tertib, teratur, yang merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan perkembangan. Disiplin tidak akan timbul dengan sendirinya. Disiplin itu sendiri harus dididik dan ditanamkan dan ditindak lanjuti dengan ketegasan dan komitmen yang tinggi. Dalam menentukan disiplin pada seseorang pegawai dapat dilakukan dengan tiga (3) pendekatan yang menjadi metode penanaman disiplin, yaitu :
a. Menciptakan suatu kondisi, sehingga orang mau tidak mau melaksanakan aturan dan peraturan yang telah ditetapkan.
b. Mempengaruhi seseorang dengan memberikan penjelasan yang memberikan gambaran, manfaat, kebaikan dan kehebatan disiplin, dengan cara memberikan janji-janji atau gambaran yang hebat bila disiplin tersebut diselenggarakan dengan baik dan konsekuen.
c. Dengan cara membiasakan diri.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 54 Jakarta sebagai salah satu bagian dari organisasi pemerintahan daerah yang berada dalam ruang lingkup di sektor pendidikan sudah tentu memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal ini para siswa dan orang tua siswa secara profesional, produktif, efektif, dan efisien. Dan hasil ketercapaian dari proses kerja ini akan terukur dengan keberhasilan meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Disiplin kerja yang baik yang diterapkan dan dilaksanakan oleh para pegawai ( pegawai Tata Usaha dan Tenaga Pengajar ) di lingkungan SMK Negeri 54 Jakarta akan memberikan kontribusi yang sangat besar di dalam upaya pencapaian tujuan kependidikan di SMK Negeri 54 Jakarta. Dan sebaliknya jika penerapan disiplin kerja tidak berjalan dengan baik, sudah dapat dipastikan pelaksanaan pendidikan yang diharapkan tidak akan berjalan dengan baik. Penerapan disiplin kerja pegawai di SMK Negeri 54 Jakarta bertujuan dalam rangka untuk melaksanakan pembinaan perilaku dan pola kerja pegawai. Sehingga dari kegiatan ini akan dapat terwujud suatu tatanan kegiatan yang didasarkan pada aturan dan norma yang berlaku di dalam lingkungan organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah.
Oleh : Ellen
Sejalan dengan laju dan perkembangan pelaksanaan pembangunan nasional, terutama dalam menghadapi tantangan dan persaiangan di era globalisasi, era liberalisasi perdagangan dan juga tantangan dalam menghadapi era informasi dan reformasi di segala bidang. Oleh karenanya dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan tugas-tugas pembangunan merupakan suatu tantangan yang sangat berat didalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya sebagai aparatur pemerintah.
Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah merupakan aparatur pemerintah yang berperan selaku abdi negara dan abdi masyarakat serta sebagai pemikir, perencana, penggerak partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan proses pembangunan. Dan juga sekaligus sebagai pengendali dan pengawas pelaksanaan pembangunan itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan pembangunan nasional dan mewujudkan cita-cita bangsa bernegara sesuai dengan yang diamanatkan di dalam UUD 1945, maka sudah pasti diperlukan aparatur pemerintahan yang dapat diarahkan dapat menjamin penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan serta dapat menjamin pelaksanaan pembangunan yang berdayaguna dan berhasil guna. Dan kaitannya dalam menciptakan kondisi yang demikian maka perlu dilakukan pembinaan pegawai. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah di dalam pembinaan Peagawai Negeri Sipil ( PNS ) diantaranya adalah meliputi penertiban dan pembinaan struktur, prosedur kerja, kepegawaian, maupun sarana dan fasilitas kerja. Sehingga dengan upaya ini diharapkan akan terbentuk aparatur pemerintahan yang ampuh, berwibawa, kuat, berdaya guna dan berhasil guna, bersih, penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara, dan pemerintah.
Faktor manusia dalam suatu organisasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Kemajuan teknologi dan keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini telah menghasilkan manusia yang dari segi pendidikan dapat dikatakan telah memadai dan semakin kritis dalam menghadapi berbagai situasi dan peranan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah. Oleh karenanya aparatur pemerintah tidak dapat lagi memandang masyarakat yang dilayaninya hanya sekedar sebagai obyek semata yang hanya menerima saja apapun yang dilakukan dan diberikan oleh aparatur pemerintah. Namun lebih dari itu, dengan kondisi dewasa ini, maka msayarakat harus dianggap sebagai subyek yang dapat dijadikan mitra, dengan ikut memberikan kesemptan untuk ikut berpartisipasi dan berprakarsa dalam pembangunan.
Dan melalui pembinaan dan penerapan disiplin kerja yang terus dilakukan, maka diharapkan kondisi kerja aparatur pemerintah yang profesional, produktif, efektif, dan efisien dapat diwujudkan. Strategi yang dilakukan melalui penerapan disiplin kerja pegawai ini merupakan suatu tuntutan bagi berlangsungnya kehidupan bersama yang tertib, teratur, yang merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan perkembangan. Disiplin tidak akan timbul dengan sendirinya. Disiplin itu sendiri harus dididik dan ditanamkan dan ditindak lanjuti dengan ketegasan dan komitmen yang tinggi. Dalam menentukan disiplin pada seseorang pegawai dapat dilakukan dengan tiga (3) pendekatan yang menjadi metode penanaman disiplin, yaitu :
a. Menciptakan suatu kondisi, sehingga orang mau tidak mau melaksanakan aturan dan peraturan yang telah ditetapkan.
b. Mempengaruhi seseorang dengan memberikan penjelasan yang memberikan gambaran, manfaat, kebaikan dan kehebatan disiplin, dengan cara memberikan janji-janji atau gambaran yang hebat bila disiplin tersebut diselenggarakan dengan baik dan konsekuen.
c. Dengan cara membiasakan diri.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 54 Jakarta sebagai salah satu bagian dari organisasi pemerintahan daerah yang berada dalam ruang lingkup di sektor pendidikan sudah tentu memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal ini para siswa dan orang tua siswa secara profesional, produktif, efektif, dan efisien. Dan hasil ketercapaian dari proses kerja ini akan terukur dengan keberhasilan meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Disiplin kerja yang baik yang diterapkan dan dilaksanakan oleh para pegawai ( pegawai Tata Usaha dan Tenaga Pengajar ) di lingkungan SMK Negeri 54 Jakarta akan memberikan kontribusi yang sangat besar di dalam upaya pencapaian tujuan kependidikan di SMK Negeri 54 Jakarta. Dan sebaliknya jika penerapan disiplin kerja tidak berjalan dengan baik, sudah dapat dipastikan pelaksanaan pendidikan yang diharapkan tidak akan berjalan dengan baik. Penerapan disiplin kerja pegawai di SMK Negeri 54 Jakarta bertujuan dalam rangka untuk melaksanakan pembinaan perilaku dan pola kerja pegawai. Sehingga dari kegiatan ini akan dapat terwujud suatu tatanan kegiatan yang didasarkan pada aturan dan norma yang berlaku di dalam lingkungan organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah.
Artikel.2
PENERAPAN METODE MENGAJAR YANG BAIK PADA MATA PELAJARAN PKNS
Oleh : Heri Herawati, S.Pd
Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang mencintai tanah air dan bangsa sendiri, tetapi tetap menghormati bangsa-bangsa lain di dunia. Rasa kebangsaan akan terbentuk dengan dua unsur yaitu secara obyektif dan secara subyektif. Unsur obyektif adalah suatu kesamaan bahasa, agama, tradisi, sejarah atau letak geografis tempat tinggal yang sama. Sedangkan unsur subyektif adalah suatu kehendak dan keinginan tentang adanya tujuan bersama untuk membentuk suatu negara, yaitu negara kesatuan Republik Indonesia.
Martabat dan harga diri suatu bangsa merupakan kedudukan yang terhormat di kancah pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Suatu bangsa akan memiliki martabat dan harga diri yang baik apabila bangsa itu telah merdeka dan memiliki keunggulan-keunggulan, diantara keunggulan itu seperti di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, prestasi oleh raga, kedisplinan warga negaranya, memiliki etos kerja yang baik, dan tingkat kesejahteraan rakyat yang tinggi. Disamping itu juga memiliki tingkatan harkat kemanusiaan serta kedudukan yang terhormat.
Bangsa yang besar dan maju selalu tidak terlepas dengan peningkatan kualitas hasil pendidikannya. Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia adalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan brtaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepibadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Di lain itu Pendidikan Nasional mengupayakan untuk mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Untuk itu dalam pelaksanaannya dikembangkan iklim belajar dan mengjar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri sendiri serta sikap dan prilaku yang inovatif dan kreatif pada diri peserta didik. Dengan demikian Pendidikan Nasional diharapkan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan dan kemajuan bangsa.
Dalam menjalankan fungsinya, pendidikan berstandar pada dua dimensi asasi, yaitu tabiat individu dan lingkungan sosial. Kepribadian individu tidak lain merupakan hasil interaksi antara tabiat ( nature ) kemanusiaannya dengan faktor-faktor lingkungannya. Dalam pengertian, bahwa tingkah laku manusia merupakan produk interaksi antara tabiat dan lingkungan sosialnya yang juga merupakan karakteristik dari proses pendidikan. Tanpa adanya interaksi tersebut, pendidikan tidak akan dapat berfungsi dengan baik. Oleh karenanya di dalam kepribadian manusia dan lingkungan sosial perlu adanya hubungan timbal balik yang baik dan elstis untuk memungkinkan terjadinya pembentukan kepribadian manusia secara benar.
Sebagai bagian dari pelaksana sistem pendidikan nasional, pendidikan menengah kejuruan ( SMK ) merupakan tingkatan pendidikan yang berada pada jenjang pendidikan menengah atas yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didiknya untuk dapat siap kerja dalam bidang kerja tertentu sesuai dengan pengkajian dan pendalaman program studinya serta kemampuan untuk dapat beradaftasi di lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat, mampu memanfaatkan peluang kerja serta mengembangkan kemampuan dan kecakapan dirinya untuk bekal dikemudian hari.
Penerapan yang dilaksanakan dalam sistem pendidikan nasional guna mewujudkan ketercapaian tujuan tersebut diimplemantasikan pada kurikulum untuk SMK edisi tahun 2004 yang mengacu dan memperhatikan pada tahap perkembangan siswa dan kesesuaian jenis pekerjaan, lingkungan sosial, kebutuhan pembangunan nasional, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Hal ini bertitik tolak dari landasan ekonomis kurikulum SMK edisi tahun 2004 pada buku Bagian I yang dijelaskan sebagai berikut :
“ Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang produktif yang langsung dapat bekerja dibidangnya setelah melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, dengan demikian pembukaan program diklat di SMK harus responsif terhadap perubahan pasar kerja. “
Guna menyiapkan kondisi peserta didik menjadi manusia produktif yang selalu siap dengan kebutuhan dunia kerja, maka di dalam pelaksanaan proses pembelajarannya atau pendidikan mengacu kepada berbagai aspek pendidikan. Tidak saja dari aspek ketrampilan ( psikomotorik ) semata, namun juga harus mengacu pada aspek pengetahuan ( knowledge ) dan aspek sikap ( attitude ). Berbagai aspek kompetensi ini sangat penting diberikan dengan harapan tidak saja dihasilkan manusia-manusia yang terampil saja, namun juga memiliki kecerdasan, kecakapan, dan sikap-sikap yang terpuji sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan masayarat dan negaranya.
Materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah ( PKnS ) pada pelaksanaan kurikulum SMK edisi tahun 2004 merupakan gabungan dari dua mata pelajaran aspek normatif antara Pendidikan Pancasila Kewarganegaran ( PPKn ) dan Sejarah yang disusun dengan tujuan untuk memberikan pengenalan, pemahaman dan pengamalan siswa tentang hakikat wawasan kebangsaan yang ruang lingkupnya memenuhi hakikat wawasan kebangsaan yang berkaitan dengan kepentingan peserta didik / siswa di lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerjanya. Dengan mengenal dan memahaminya secara benar diharapkan siswa dapat menjadikan acuan dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku. Selain itu siswa atau peserta didik juga dituntut untuk dapat lebih kreatif dan luas pengetahuannya agar lebih dapat mengembangkan sikap yang tepat di masa depan serta memiliki kesadaran diri sebagai warga negara yang bertanggung jawab atas masa depan bangsanya.
Berdasarkan tuntutan tersebut, maka guru yang berfungsi dan berperan sebagai pendidik, fasilitator, motivator dan juga seorang organisator sudah tentu harus mampu menciptakan dan mengupayakan suatu proses interaksi proses pembelajaran dan pelatihan yang tidak saja membngkitkan motivasi dan keinginan untuk belajar namun juga mampu mewujudkan proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif, inovatif, berpikir kreatif, dan berkualitas. Strategi pembelajaran yang diimplemantasikan melalui penerapan metode belajar adalah kemampuan seorang guru dalam mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Mata pelajaran PKnS yang diselenggarakan di tingkat SMK merupakan salah satu mata pelajaran aspek normatif yang menjelaskan tentang konsep-konsep ilmu pengetahuan secara verbalisme, juga meningkatkan dan mengembangkan daya kreatifitas berpikir peserta didik. Oleh karenanya bagaimana mengupayakan siswa memiliki motivasi dan keinginan siswa untuk belajar dan berpikir kreatif dalam upaya mewujudkan ketercapaian hasil belajar yang diharapkan, maka seorang guru harus mampu melaksanakan strategi pembelajaran atau penerapan metode belajar yang efektif dan berkualitas.
Disadari bahwa penerapan metode belajar yang dilaksanakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisi baik secara internal maupun eksternal. Namun dibalik adanya kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing strategi pembelajaran sudah semestinya ada yang lebih efektif, efisien dan berkualitas.
Aspek normatif pada mata pelajaran PKnS di tingkat II, khususnya pada jurusan atau program studi Teknik Listrik tidak saja sekedar mengembangkan dan meningkatkan aspek pengetahuan semata, namun juga diharapkan siswa mampu untuk berpikir inovatif, kritis dan juga kreatif sehingga dapat terjadinya interaksi belajar yang positif antara peserta didik dan pendidik dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu diharapkan juga realisasi perwujudan bentuk sikap, tindakan, dan tingkah laku ( affektif ) yang mampu ditampilkan oleh siswa pada kehidupan sehari-harinya, selaku mahluk individu maupun mahluk sosial. Bertitik tolak dari tujuan yang diharapkan itu penerapan metode diskusi dalam pembelajaran mata pelajaran PKnS memiliki kekuatan dan kebaikan dibandingkan dengan penerapan metode belajar yang lain, salah satunya metode belajar kelompok.
Terjadi fenomena bahwa mata pelajaran PKnS yang disampaikan di kelas terkesan hanya sebagai kelengkapan pencapaian nilai kelulusan semata, dan kurang mampu menjadi tolak ukur dan aktualisasai dari pelaksanaan sikap dan prilaku yang diharapkan oleh sekolah dalam kehidupan siswa sehari-hari. Salah satu faktor terjadinya kondisi pemikiran yang demikian yang dipahami oleh peserta didik, oleh karena kurangnya kemauan dan kemampuan guru untuk berimprovisasi dengan penerapan berbagai metode pembelajaran yang ada guna membangkitkan motivasi dan keinginan siswa tidak saja untuk hadir namun juga berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan pola berpikir kreatifnya. Disadari bahwa guru yang baik dan profesional adalah guru yang mampu melaksanakan proses pengajaran yang dapat dimengerti siswa, membangkitkan keinginan belajar siswa serta siswa dapat turut berperan aktif dalam pelaksanaan proses interaksi belajar di kelas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah.
Pada kesempatan ini dan dalam rangka penulisan skripsi ini, penulis ingin meneliti tentang adanya dugaan sementara ( hipotesa ) bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran PKnS pada tingkat II program studi teknik elektro ( teknik listrik ) penerapan metode diskusi dan metode belajar kelompok memiliki perbedaan terhadap nilai hasil belajar siswa. Dan terdapat kecenderungan penerapan metode diskusi pada mata pelajaran PKnS ini berpengaruh positif dibandingkan dengan penerapan metode belajar kelompok. Dalam pengertian bahwa penerapan metode diskusi pada pembelajaran mata pelajaran PKnS mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap nilai hasil belajar siswa maupun tujuan pembelajaran. Pernyataan ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Moh. Ali, yaitu :
“ Bahwa metode diskusi dapat disesuaikan dengan cara belajar siswa aktif, yang pada hakikatnya merupakan suatu konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar baik dilakukan guru maupun siswa di dalam mewujudkan tujuan pembelajaran. “
Berkenaan dengan pernyataan ini dan dugaan sementara, maka dalam penelitian ini penulis ingin membuktikan bahwa penerapan metode diskusi mampu memberikan pengaruh yang positif dan lebih baik bagi ketercapaian tujuan belajar dan terutama terhadap nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKnS dibandingkan dengan penerapan metode belajar kelompok.
Oleh : Heri Herawati, S.Pd
Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang mencintai tanah air dan bangsa sendiri, tetapi tetap menghormati bangsa-bangsa lain di dunia. Rasa kebangsaan akan terbentuk dengan dua unsur yaitu secara obyektif dan secara subyektif. Unsur obyektif adalah suatu kesamaan bahasa, agama, tradisi, sejarah atau letak geografis tempat tinggal yang sama. Sedangkan unsur subyektif adalah suatu kehendak dan keinginan tentang adanya tujuan bersama untuk membentuk suatu negara, yaitu negara kesatuan Republik Indonesia.
Martabat dan harga diri suatu bangsa merupakan kedudukan yang terhormat di kancah pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Suatu bangsa akan memiliki martabat dan harga diri yang baik apabila bangsa itu telah merdeka dan memiliki keunggulan-keunggulan, diantara keunggulan itu seperti di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, prestasi oleh raga, kedisplinan warga negaranya, memiliki etos kerja yang baik, dan tingkat kesejahteraan rakyat yang tinggi. Disamping itu juga memiliki tingkatan harkat kemanusiaan serta kedudukan yang terhormat.
Bangsa yang besar dan maju selalu tidak terlepas dengan peningkatan kualitas hasil pendidikannya. Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia adalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan brtaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepibadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Di lain itu Pendidikan Nasional mengupayakan untuk mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Untuk itu dalam pelaksanaannya dikembangkan iklim belajar dan mengjar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri sendiri serta sikap dan prilaku yang inovatif dan kreatif pada diri peserta didik. Dengan demikian Pendidikan Nasional diharapkan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan dan kemajuan bangsa.
Dalam menjalankan fungsinya, pendidikan berstandar pada dua dimensi asasi, yaitu tabiat individu dan lingkungan sosial. Kepribadian individu tidak lain merupakan hasil interaksi antara tabiat ( nature ) kemanusiaannya dengan faktor-faktor lingkungannya. Dalam pengertian, bahwa tingkah laku manusia merupakan produk interaksi antara tabiat dan lingkungan sosialnya yang juga merupakan karakteristik dari proses pendidikan. Tanpa adanya interaksi tersebut, pendidikan tidak akan dapat berfungsi dengan baik. Oleh karenanya di dalam kepribadian manusia dan lingkungan sosial perlu adanya hubungan timbal balik yang baik dan elstis untuk memungkinkan terjadinya pembentukan kepribadian manusia secara benar.
Sebagai bagian dari pelaksana sistem pendidikan nasional, pendidikan menengah kejuruan ( SMK ) merupakan tingkatan pendidikan yang berada pada jenjang pendidikan menengah atas yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didiknya untuk dapat siap kerja dalam bidang kerja tertentu sesuai dengan pengkajian dan pendalaman program studinya serta kemampuan untuk dapat beradaftasi di lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat, mampu memanfaatkan peluang kerja serta mengembangkan kemampuan dan kecakapan dirinya untuk bekal dikemudian hari.
Penerapan yang dilaksanakan dalam sistem pendidikan nasional guna mewujudkan ketercapaian tujuan tersebut diimplemantasikan pada kurikulum untuk SMK edisi tahun 2004 yang mengacu dan memperhatikan pada tahap perkembangan siswa dan kesesuaian jenis pekerjaan, lingkungan sosial, kebutuhan pembangunan nasional, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Hal ini bertitik tolak dari landasan ekonomis kurikulum SMK edisi tahun 2004 pada buku Bagian I yang dijelaskan sebagai berikut :
“ Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang produktif yang langsung dapat bekerja dibidangnya setelah melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, dengan demikian pembukaan program diklat di SMK harus responsif terhadap perubahan pasar kerja. “
Guna menyiapkan kondisi peserta didik menjadi manusia produktif yang selalu siap dengan kebutuhan dunia kerja, maka di dalam pelaksanaan proses pembelajarannya atau pendidikan mengacu kepada berbagai aspek pendidikan. Tidak saja dari aspek ketrampilan ( psikomotorik ) semata, namun juga harus mengacu pada aspek pengetahuan ( knowledge ) dan aspek sikap ( attitude ). Berbagai aspek kompetensi ini sangat penting diberikan dengan harapan tidak saja dihasilkan manusia-manusia yang terampil saja, namun juga memiliki kecerdasan, kecakapan, dan sikap-sikap yang terpuji sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan masayarat dan negaranya.
Materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah ( PKnS ) pada pelaksanaan kurikulum SMK edisi tahun 2004 merupakan gabungan dari dua mata pelajaran aspek normatif antara Pendidikan Pancasila Kewarganegaran ( PPKn ) dan Sejarah yang disusun dengan tujuan untuk memberikan pengenalan, pemahaman dan pengamalan siswa tentang hakikat wawasan kebangsaan yang ruang lingkupnya memenuhi hakikat wawasan kebangsaan yang berkaitan dengan kepentingan peserta didik / siswa di lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerjanya. Dengan mengenal dan memahaminya secara benar diharapkan siswa dapat menjadikan acuan dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku. Selain itu siswa atau peserta didik juga dituntut untuk dapat lebih kreatif dan luas pengetahuannya agar lebih dapat mengembangkan sikap yang tepat di masa depan serta memiliki kesadaran diri sebagai warga negara yang bertanggung jawab atas masa depan bangsanya.
Berdasarkan tuntutan tersebut, maka guru yang berfungsi dan berperan sebagai pendidik, fasilitator, motivator dan juga seorang organisator sudah tentu harus mampu menciptakan dan mengupayakan suatu proses interaksi proses pembelajaran dan pelatihan yang tidak saja membngkitkan motivasi dan keinginan untuk belajar namun juga mampu mewujudkan proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif, inovatif, berpikir kreatif, dan berkualitas. Strategi pembelajaran yang diimplemantasikan melalui penerapan metode belajar adalah kemampuan seorang guru dalam mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Mata pelajaran PKnS yang diselenggarakan di tingkat SMK merupakan salah satu mata pelajaran aspek normatif yang menjelaskan tentang konsep-konsep ilmu pengetahuan secara verbalisme, juga meningkatkan dan mengembangkan daya kreatifitas berpikir peserta didik. Oleh karenanya bagaimana mengupayakan siswa memiliki motivasi dan keinginan siswa untuk belajar dan berpikir kreatif dalam upaya mewujudkan ketercapaian hasil belajar yang diharapkan, maka seorang guru harus mampu melaksanakan strategi pembelajaran atau penerapan metode belajar yang efektif dan berkualitas.
Disadari bahwa penerapan metode belajar yang dilaksanakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisi baik secara internal maupun eksternal. Namun dibalik adanya kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing strategi pembelajaran sudah semestinya ada yang lebih efektif, efisien dan berkualitas.
Aspek normatif pada mata pelajaran PKnS di tingkat II, khususnya pada jurusan atau program studi Teknik Listrik tidak saja sekedar mengembangkan dan meningkatkan aspek pengetahuan semata, namun juga diharapkan siswa mampu untuk berpikir inovatif, kritis dan juga kreatif sehingga dapat terjadinya interaksi belajar yang positif antara peserta didik dan pendidik dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu diharapkan juga realisasi perwujudan bentuk sikap, tindakan, dan tingkah laku ( affektif ) yang mampu ditampilkan oleh siswa pada kehidupan sehari-harinya, selaku mahluk individu maupun mahluk sosial. Bertitik tolak dari tujuan yang diharapkan itu penerapan metode diskusi dalam pembelajaran mata pelajaran PKnS memiliki kekuatan dan kebaikan dibandingkan dengan penerapan metode belajar yang lain, salah satunya metode belajar kelompok.
Terjadi fenomena bahwa mata pelajaran PKnS yang disampaikan di kelas terkesan hanya sebagai kelengkapan pencapaian nilai kelulusan semata, dan kurang mampu menjadi tolak ukur dan aktualisasai dari pelaksanaan sikap dan prilaku yang diharapkan oleh sekolah dalam kehidupan siswa sehari-hari. Salah satu faktor terjadinya kondisi pemikiran yang demikian yang dipahami oleh peserta didik, oleh karena kurangnya kemauan dan kemampuan guru untuk berimprovisasi dengan penerapan berbagai metode pembelajaran yang ada guna membangkitkan motivasi dan keinginan siswa tidak saja untuk hadir namun juga berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan pola berpikir kreatifnya. Disadari bahwa guru yang baik dan profesional adalah guru yang mampu melaksanakan proses pengajaran yang dapat dimengerti siswa, membangkitkan keinginan belajar siswa serta siswa dapat turut berperan aktif dalam pelaksanaan proses interaksi belajar di kelas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah.
Pada kesempatan ini dan dalam rangka penulisan skripsi ini, penulis ingin meneliti tentang adanya dugaan sementara ( hipotesa ) bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran PKnS pada tingkat II program studi teknik elektro ( teknik listrik ) penerapan metode diskusi dan metode belajar kelompok memiliki perbedaan terhadap nilai hasil belajar siswa. Dan terdapat kecenderungan penerapan metode diskusi pada mata pelajaran PKnS ini berpengaruh positif dibandingkan dengan penerapan metode belajar kelompok. Dalam pengertian bahwa penerapan metode diskusi pada pembelajaran mata pelajaran PKnS mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap nilai hasil belajar siswa maupun tujuan pembelajaran. Pernyataan ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Moh. Ali, yaitu :
“ Bahwa metode diskusi dapat disesuaikan dengan cara belajar siswa aktif, yang pada hakikatnya merupakan suatu konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar baik dilakukan guru maupun siswa di dalam mewujudkan tujuan pembelajaran. “
Berkenaan dengan pernyataan ini dan dugaan sementara, maka dalam penelitian ini penulis ingin membuktikan bahwa penerapan metode diskusi mampu memberikan pengaruh yang positif dan lebih baik bagi ketercapaian tujuan belajar dan terutama terhadap nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKnS dibandingkan dengan penerapan metode belajar kelompok.
Artikel
PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KEPRIBADIAN SISWA SMK
Oleh : Hj. Rosda Achmad, S.Pd
Ketika menjalankan fungsinya, pendidikan bersandar pada dua dimensi asasi, yaitu tabiat individu dan lingkungan sosialnya. Kepribadian individu berkembang dan terbentuk tidak lain merupakan hasil dari terjadinya interaksi antara tabiat (nature) kemanusiaannya dan factor-faktor lingkungan artinya, tingkah laku atau dapat di katakan kepribadian seseorang merupakan produk interaksi antara tabiat dan lingkungan sosialnya. Hal ini merupakan karakteristik proses pendidikan, tanpa adanya interaksi tersebut pendidikan tidak akan dapat berfungsi sebagai mana mestinya, oleh sebab itu di dalam pembentukan kepribadian seseorang perlu ada fleksibilitas dan elastisitas yang memungkinkan terjadinya pembentukan kepribadian seseorang secara benar.
Proses humanisasi dilakukan oleh pendidikan terkadang dapat menjadi sulit atau menjadi mudah akibat adanya faktor-faktor yang disebabkan oleh lingkungan sosial seseorang hubungan yang berlaku antar manusia, baik antar individu maupun antar kelompok, tingkat ke harmonisan yang di rasakan oleh masyarakat serta tingkat kemampuan lingkungan untuk merealisasikan berbagai kebutuhan individu, semuanya dapat mempermudah dan mempersulit proses pendidikan yang di terima dan dialami oleh seseorang.
Hery Noer Aly dan H. Munzier S ( 2000 : 176 ) berpendapat, “ bahwa infleksibilitas lingkungan sosial berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian.” Adapun yang dimaksud dengan infleksibilitas lingkungan adalah sejauh mana lingkungan bertentangan dengan kebutuhan dan tuntutan pribadi seseorang. Seseorang atau individu manusia akan hidup dalam kondisi harmonis bersama lingkungannya baik didalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat, bila selama lingkungan itu mampu memenuhi kebutuhannya, baik psikis maupun fisik. Namun apabila lingkungan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi ketidakharmonisan antara seseorang dan lingkungannya, implikasinya seseorang akan berusaha dengan segala kemampuannya untuk mengembalikan keharmonisan tersebut atau mungkin mengabaikannya.
Pendidikan secara umum disadari merupakan urat nadi kehidupan seseorang dan masyarakatnya. Sebesar apapun yang telah diberikan oleh pendidikan, maka akan sebesar itu pula nilainya didalam mendidik seseorang dan dalam membentuk kepribadiannya. Ada anggapan dasar bahwa kerja sama antara keluarga dan sekolah merupakan urgensi kependidikan dan keduanya berintegrasi saling melengkapi dan menguatkan.
Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama yang di terima oleh seseorang sebagai wadah seorang anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosionalnya. Keutamaan ini membuat keluarga memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap anak, terutama peran dan fungsi orang tua. Keharmonisan orang tua yang tercipta didalam kehidupan rumah tangga dalam menjalankan fungsi dan perannya terhadap anak akan sangat membantu dalam upaya membentuk kepribadian seorang anak. Kegagalan yang terjadi pada orang tua didalam menjalankan peran dan fungsinya terhadap anak akan cenderung menimbulkan permasalahan terhadap proses pendidikan yang di jalaninya atau pembentukan kepribadiannya.
Terjadinya perceraian orangtua didalam keluarga merupakan salah satu bentuk kegagalan orang tua didalam menjalankan dan membina fungsi dan perannya di dalam keluarga yang pada akhirnya berimbas terhadap anak. Konflik perceraian orang tua yang terjadi di dalam keluarga cenderung menempatkan anak dalam situasi yang membuat kepribadian mereka menjadi terpecah. Kehilangan rasa aman dan tentram serta terjerembab dalam kebingungan dan keterlantaran, dengan situasi dan kondisi yang demikian membuat seorang anak akan berlindung pada apa yang disebut “dalih melarikan diri” yang terkadang bertindak dan bertingkah menuntut sikap dan perhatian orang lain.
Dari beberapa sumber kepustakaan yang penulis dapatkan, diketahui bahwa terjadinya kasus-kasus perceraian orang tua dalam rumah tangga atau keluarga disebabkan atas berbagai faktor dan keadaan, antara lain sebagai berikut:
1) Faktor eksternal ( sebab kematian ), atau perceraian yang terjadi karena kematian atau salah satu dari kedua orang tua meninggal, sehingga terjadi orang tua menjadi berperan ganda sebagai seorang ayah sekaligus seorang ibu, sehingga dalam menjalankan fungsinya kurang memperhatikan hal-hal yang diperlukan oleh anak seperti kasih sayang dan perhatian. Hal ini biasanya menyebabkan seorang anak merasa kehilangan kasih sayang dan perhatian dari salah satu orangtua nya mungkin ayah atau ibunya.sehingga sikap kepribadian si anak atau siswa cenderung menuntut keinginan dari orang lain untuk memberikan perhatian kepadanya.dan bila itu dialami siswa,cenderung menimbulkan masalah di dalam kegiatan belajar di sekolah.
2) Faktor internal keluarga, dimana terjadinya perceraian orang tua karena perselingkuhan atau salah satu orang tua menikah lagi
3) Faktor internal yang lainnya adalah perceraian orang tua terjadi karena tidak dapat menjalankan fungsi dan perannya di dalam keluarga.
Dampak yang terlihat akibat terjadinya perceraian orang tua di dalam rumah tangga karena alasan di atas bagaimanapun juga akan memberikan dampak yang kurang baik bagi si anak. Kondisi yang demikian akan menyebabkan terbentuknya apa yang disebut dengan istilah keluarga tiri. Keluarga tiri yang terbentuk akibat terjadinya perceraian orang tua, sebenarnya dapat dikatakan masih menjadi anggota dari suatu keluarga. Namun yang terjadi, kebanyakan orang tua yang menikah lagi atau berperan ganda harus terlibat dengan pembinaan dua bagian keluarga, yaitu keluarga tiri dan keluarga yang diceraikannya atau berperan ganda dalam menjalankan fungsinya sebagai orang tua. Akibat kondisi yang demikian anak akan mengalami kesulitan di dalam mengatur hubungan baru dengan orang tua mereka sendiri, sehingga sikap yang timbul pada diri anak kebanyakan menunjukkan ketidak pedulian terhadap segala usaha orang tua mereka. Hal ini sudah tentu akan mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian atau karakter si anak tidak saja di lingkungan keluarganya, namun juga di lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolahnya.
Dalam kehidupan rumah tangga dikenal istilah manajemen rumah tangga yang merupakan suatu proses pengaturan yang terjadi dari sejumlah aktivitas-aktivitas rumah tangga sebagai upaya untuk mencapai sasaran dan tujuan dalam kehidupan seseorang atau kehidupan keluarga. Pelaksanaan manajemen rumah tangga yang baik akan memiliki kemampuan melihat sumber-sumber kesalahan atau masalah dan segala kelemahannya serta mampu pula mencari jalan pemecahannya. Keluarga yang dapat menjalankan manajemen rumah tangga secara baik dan benar akan dapat menjadikan suatu keluarga yang kokoh.
Mengutip pendapat dari Ratna Megawangi ( 2004 : 64 ) dikatakan, “ Bahwa keluarga kokoh adalah keluarga yang dapat menciptakan generasi-generasi penerus yang berkualitas, berkepribadian kuat, sehingga menjadi pelaku-pelaku kehidupan masyarakat, dan akhirnya membawa kejayaan bangsa.”
Pemecahan masalah-masalah yang terjadi di dalam kehidupan berumah tangga atau keluarga ini sangat penting dimiliki, oleh karena sering terjadi timbulnya kesalahpahaman atau benturan-benturan antara anggota keluarga terutama pada orang tua, suami atau istri. Oleh karenanya diperlukan kemampuan untuk melihat dan menilai mana yang salah dan mana yang benar. Kemudian melakukan kebijaksanaan untuk menggulanginya sedini mungkin. Diketahui bahwa segala perilaku orang tua dan pola asuh yang diterapkan di dalam keluarga pasti berpengaruh dalam pembentukan kepribadian atau karakter seorang anak.
Adapun perilaku yang diterima oleh anak akibat permasalahan dalam rumah tangga ini menyangkut tentang bagaimana kasih sayang, sentuhan, kelekatan emosi ( emotional bonding ) orang tua terutama ibu, serta penanaman nilai-nilai agama maupun yang berlaku di masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian.
Ada beberapa hambatan-hambatan yang sering terjadi di dalam rangka membina suatu manajemen rumah tangga yang baik, diantaranya adalah :
1.Suami atau istri sangat tertutup dan tidak terbuka dalam penerimaan masalah
2.Anggota keluarga tidak suka bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah yang terjadi
3.Suka menyembunyikan sesuatu pemberian kepada keluarga suami ataupun istri
4.Adanya campur tangan orang tua baik dari pihak suami atau istri yang terlalu jauh
5.Suka menyinggung perasaan anggota keluarga, baik anak, suami maupun istri dan sering melontarkan dan terbiasa bersikap dan berkata kasar
6.Istri atau suami yang terlalu pencemburu
Hambatan-hambatan itu bila tidak diselesaikan, terkadang dapat menjadikan konflik dalam rumah tangga yang ujungnya dapat memutuskan hubungan atau ikatan tali pernikahan kedua orang tua. Diketahui bahwa perkawinan pada dasarnya adalah mempertemukan dua orang yang berlainan jenis dari lingkungan asalnya yang berbeda, yang juga dengan latar belakang adat, kebiasaan, watak, pribadi, pola asuh dalam keluarga dan pendidikan serta dengan harapan dan keinginan masing-masing yang berbeda. Melalui perkawinan mereka sepakat untuk mempertemukan segala perbedaan-perbedaan itu menjadi suatu kesatuan yang padu dalam rangka membina keluarga yang bahagia dan sejahtera. Oleh karenanya semakin banyak persamaan yang dimiliki diantara pasangan itu, maka semakin mudah mereka menciptakan keharmonisan dalam keluarga.
Terjadinya beberapa masalah atau kasus yang dialami para siswa di sekolah, khususnya di SMK NEGERI 52 Jakarta, salah satunya karena akibat faktor terjadinya konflik di dalam keluarga atau orang tua. Beberapa data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa anak-anak yang bermasalah di sekolah umumnya disebabkan karena terjadinya permasalahan di dalam keluarga. Masalah perceraian orang tua dalam rumah tangga atau masalah lainnya yang terjadi di dalam keluarga yang pada akhirnya dirasakan oleh anak atau siswa, umumnya akan terbias didalam aktivitasnya di sekolah. Beberapa permasalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh siswa bermasalah diantaranya adalah karena terlibat kasus kriminal, perkelahian/kenakalan biasa, keresahan, dan lain sebagainya. Kondisi yang demikian jika tidak ditangani baik oleh orang tua selaku unsur dan pihak guru selaku unsur sekolah, maka akan dimungkinkan menyebabkan siswa semakin jatuh terjerumus pada permasalahan-permasalahan yang lebih besar lagi di kemudian hari.
kondisi yang terjadi ini, umumnya membawa pengaruh yang tidak baik, tidak saja bagi diri siswa, namun juga bagi nama baik keluarganya maupun sekolah sebagai contoh diantaranya adalah ; kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah, sulit untuk meningkatkan mutu, menyulitkan hubungan antara sekolah dengan institusi lain contoh hubungannya dengan dunia usaha atau dunia industri, dan adanya kecenderungan sekolah yang sering bermasalah selalu disalahkan.
Konflik yang dialami oleh siswa di lingkungan keluarga, sudah tentu akan dapat menghambat segala aktivitas maupun pembentukan dan perkembangan kepribadiannya di sekolah. Oleh karena Sekolah di dalam peranan dan fungsinya menjalankan dan melaksanakan proses pengajarannya mencakup berbagai aspek, tidak saja dari segi pencapaian kognitif ( pengetahuan ) maupun psikomotorik ( ketrampilan ), namun juga memiliki sasaran dan pencapaian tujuan aspek attitude ( sikap ) dan kepribadiannya. Lingkungan keluarga sesuai dengan alamnya adalah menyediakan bagi anak kesempatan untuk berkembang secara sehat jasmani dan rohaninya dalam suasana penuh rasa aman, dilindungi, disayangi, dan dicintai. Kegagalan keluarga dalam memberikan semua itu akan menyebabkan terjadinya situasi konflik pada diri anak.lantaran tidak atau kurang adanya rasa saling memiliki tentang eksistensinya didalam keluarga.dan kegagalan ini pada gilirannya akan membuat anak secara alami bersifat general, baik dalam pengambilan keputusan maupun pengalamannya pada proses pendidikan dan kepribadiannya.
Dengan demikian pengaruh itu akan berpindah kepada situasi lain yang semakin kusut dan kompleks. Salah satu alternatif yang di upayakan dalam mengatasi kepribadian anak atau siswa yang bermasalah akibat pengaruh perasaan orang tua didalam keluarga adalah dengan menjalin kerja sama yang baik antara sekolah dan keluarga, dan sekolah pada akhirnya harus mampu bekerja sama secara baik dan benar, serta saling membantu dalam mengkoordinasikan persoalan-persoalan atau permasalahan-permasalahan yang terjadi pada diri anak secara bersama dan berupaya mencapai kesepakatan dalam berbagai hal yang berhubungan dengan pendidikan sebagai alternatif untuk menggapai dan meraih masa depannya yang lebih baik, tidak saja bagi kepentingan keluarganya namun juga bagi kepentingan tujuan kepentingan sekolahnya.
Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, pendidikan menengah kejuruan ( SMK ) merupakan pendidikan yang berada pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didiknya untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu sesuai dengan pengkajian dan pendalaman program studinya serta kemampuan untuk dapat beradaftasi di lingkungan kerja maupun masyarakat, melihat peluang kerja dan mengembangkan dirinya di kemudian hari.
Guna memwujudkan tujuan dari pendidikan nasional, pada kurikulum SMK edisi tahun 2004 disusun dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan jenis pekerjaan, lingkungan sosial, kebutuhan pembangunan nasional, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian.
Pada buku Bagian I kurikulum SMK edisi tahun 2004 tentang landasan ekonomis dijelaskan bahwa :
“Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang produktif yang langsung dapat bekerja dibidangnya setelah melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, dengan demikian pembukaan program diklat di SMK harus responsif terhadap perubahan pasar kerja.”
Lembaga pendidikan SMK di dalam menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan ( diklat ) atau pembelajaran berbagai program keahlian disesuaikan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan. Substansi atau materi yang diajarkan di SMK disajikan dalam bentuk berbagai kompetensi yang dinilai penting dan perlu bagi peserta didik dalam menjalani kehidupan sesuai dengan jamannya. Kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi manusia Indonesia yang cerdas dan pekerja yang kompeten sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan oleh industri/dunia kerja/asosiasi profesi. Kesemuanya itu tidak akan berhasil dengan baik secara optimal jika peranan keluarga sendiri tidak mendukung upaya-upaya untuk membantu perkembangan kepribadian dan keberhasilan pendidikannya dengan sekolah
Oleh : Hj. Rosda Achmad, S.Pd
Ketika menjalankan fungsinya, pendidikan bersandar pada dua dimensi asasi, yaitu tabiat individu dan lingkungan sosialnya. Kepribadian individu berkembang dan terbentuk tidak lain merupakan hasil dari terjadinya interaksi antara tabiat (nature) kemanusiaannya dan factor-faktor lingkungan artinya, tingkah laku atau dapat di katakan kepribadian seseorang merupakan produk interaksi antara tabiat dan lingkungan sosialnya. Hal ini merupakan karakteristik proses pendidikan, tanpa adanya interaksi tersebut pendidikan tidak akan dapat berfungsi sebagai mana mestinya, oleh sebab itu di dalam pembentukan kepribadian seseorang perlu ada fleksibilitas dan elastisitas yang memungkinkan terjadinya pembentukan kepribadian seseorang secara benar.
Proses humanisasi dilakukan oleh pendidikan terkadang dapat menjadi sulit atau menjadi mudah akibat adanya faktor-faktor yang disebabkan oleh lingkungan sosial seseorang hubungan yang berlaku antar manusia, baik antar individu maupun antar kelompok, tingkat ke harmonisan yang di rasakan oleh masyarakat serta tingkat kemampuan lingkungan untuk merealisasikan berbagai kebutuhan individu, semuanya dapat mempermudah dan mempersulit proses pendidikan yang di terima dan dialami oleh seseorang.
Hery Noer Aly dan H. Munzier S ( 2000 : 176 ) berpendapat, “ bahwa infleksibilitas lingkungan sosial berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian.” Adapun yang dimaksud dengan infleksibilitas lingkungan adalah sejauh mana lingkungan bertentangan dengan kebutuhan dan tuntutan pribadi seseorang. Seseorang atau individu manusia akan hidup dalam kondisi harmonis bersama lingkungannya baik didalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat, bila selama lingkungan itu mampu memenuhi kebutuhannya, baik psikis maupun fisik. Namun apabila lingkungan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi ketidakharmonisan antara seseorang dan lingkungannya, implikasinya seseorang akan berusaha dengan segala kemampuannya untuk mengembalikan keharmonisan tersebut atau mungkin mengabaikannya.
Pendidikan secara umum disadari merupakan urat nadi kehidupan seseorang dan masyarakatnya. Sebesar apapun yang telah diberikan oleh pendidikan, maka akan sebesar itu pula nilainya didalam mendidik seseorang dan dalam membentuk kepribadiannya. Ada anggapan dasar bahwa kerja sama antara keluarga dan sekolah merupakan urgensi kependidikan dan keduanya berintegrasi saling melengkapi dan menguatkan.
Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama yang di terima oleh seseorang sebagai wadah seorang anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosionalnya. Keutamaan ini membuat keluarga memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap anak, terutama peran dan fungsi orang tua. Keharmonisan orang tua yang tercipta didalam kehidupan rumah tangga dalam menjalankan fungsi dan perannya terhadap anak akan sangat membantu dalam upaya membentuk kepribadian seorang anak. Kegagalan yang terjadi pada orang tua didalam menjalankan peran dan fungsinya terhadap anak akan cenderung menimbulkan permasalahan terhadap proses pendidikan yang di jalaninya atau pembentukan kepribadiannya.
Terjadinya perceraian orangtua didalam keluarga merupakan salah satu bentuk kegagalan orang tua didalam menjalankan dan membina fungsi dan perannya di dalam keluarga yang pada akhirnya berimbas terhadap anak. Konflik perceraian orang tua yang terjadi di dalam keluarga cenderung menempatkan anak dalam situasi yang membuat kepribadian mereka menjadi terpecah. Kehilangan rasa aman dan tentram serta terjerembab dalam kebingungan dan keterlantaran, dengan situasi dan kondisi yang demikian membuat seorang anak akan berlindung pada apa yang disebut “dalih melarikan diri” yang terkadang bertindak dan bertingkah menuntut sikap dan perhatian orang lain.
Dari beberapa sumber kepustakaan yang penulis dapatkan, diketahui bahwa terjadinya kasus-kasus perceraian orang tua dalam rumah tangga atau keluarga disebabkan atas berbagai faktor dan keadaan, antara lain sebagai berikut:
1) Faktor eksternal ( sebab kematian ), atau perceraian yang terjadi karena kematian atau salah satu dari kedua orang tua meninggal, sehingga terjadi orang tua menjadi berperan ganda sebagai seorang ayah sekaligus seorang ibu, sehingga dalam menjalankan fungsinya kurang memperhatikan hal-hal yang diperlukan oleh anak seperti kasih sayang dan perhatian. Hal ini biasanya menyebabkan seorang anak merasa kehilangan kasih sayang dan perhatian dari salah satu orangtua nya mungkin ayah atau ibunya.sehingga sikap kepribadian si anak atau siswa cenderung menuntut keinginan dari orang lain untuk memberikan perhatian kepadanya.dan bila itu dialami siswa,cenderung menimbulkan masalah di dalam kegiatan belajar di sekolah.
2) Faktor internal keluarga, dimana terjadinya perceraian orang tua karena perselingkuhan atau salah satu orang tua menikah lagi
3) Faktor internal yang lainnya adalah perceraian orang tua terjadi karena tidak dapat menjalankan fungsi dan perannya di dalam keluarga.
Dampak yang terlihat akibat terjadinya perceraian orang tua di dalam rumah tangga karena alasan di atas bagaimanapun juga akan memberikan dampak yang kurang baik bagi si anak. Kondisi yang demikian akan menyebabkan terbentuknya apa yang disebut dengan istilah keluarga tiri. Keluarga tiri yang terbentuk akibat terjadinya perceraian orang tua, sebenarnya dapat dikatakan masih menjadi anggota dari suatu keluarga. Namun yang terjadi, kebanyakan orang tua yang menikah lagi atau berperan ganda harus terlibat dengan pembinaan dua bagian keluarga, yaitu keluarga tiri dan keluarga yang diceraikannya atau berperan ganda dalam menjalankan fungsinya sebagai orang tua. Akibat kondisi yang demikian anak akan mengalami kesulitan di dalam mengatur hubungan baru dengan orang tua mereka sendiri, sehingga sikap yang timbul pada diri anak kebanyakan menunjukkan ketidak pedulian terhadap segala usaha orang tua mereka. Hal ini sudah tentu akan mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian atau karakter si anak tidak saja di lingkungan keluarganya, namun juga di lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolahnya.
Dalam kehidupan rumah tangga dikenal istilah manajemen rumah tangga yang merupakan suatu proses pengaturan yang terjadi dari sejumlah aktivitas-aktivitas rumah tangga sebagai upaya untuk mencapai sasaran dan tujuan dalam kehidupan seseorang atau kehidupan keluarga. Pelaksanaan manajemen rumah tangga yang baik akan memiliki kemampuan melihat sumber-sumber kesalahan atau masalah dan segala kelemahannya serta mampu pula mencari jalan pemecahannya. Keluarga yang dapat menjalankan manajemen rumah tangga secara baik dan benar akan dapat menjadikan suatu keluarga yang kokoh.
Mengutip pendapat dari Ratna Megawangi ( 2004 : 64 ) dikatakan, “ Bahwa keluarga kokoh adalah keluarga yang dapat menciptakan generasi-generasi penerus yang berkualitas, berkepribadian kuat, sehingga menjadi pelaku-pelaku kehidupan masyarakat, dan akhirnya membawa kejayaan bangsa.”
Pemecahan masalah-masalah yang terjadi di dalam kehidupan berumah tangga atau keluarga ini sangat penting dimiliki, oleh karena sering terjadi timbulnya kesalahpahaman atau benturan-benturan antara anggota keluarga terutama pada orang tua, suami atau istri. Oleh karenanya diperlukan kemampuan untuk melihat dan menilai mana yang salah dan mana yang benar. Kemudian melakukan kebijaksanaan untuk menggulanginya sedini mungkin. Diketahui bahwa segala perilaku orang tua dan pola asuh yang diterapkan di dalam keluarga pasti berpengaruh dalam pembentukan kepribadian atau karakter seorang anak.
Adapun perilaku yang diterima oleh anak akibat permasalahan dalam rumah tangga ini menyangkut tentang bagaimana kasih sayang, sentuhan, kelekatan emosi ( emotional bonding ) orang tua terutama ibu, serta penanaman nilai-nilai agama maupun yang berlaku di masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian.
Ada beberapa hambatan-hambatan yang sering terjadi di dalam rangka membina suatu manajemen rumah tangga yang baik, diantaranya adalah :
1.Suami atau istri sangat tertutup dan tidak terbuka dalam penerimaan masalah
2.Anggota keluarga tidak suka bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah yang terjadi
3.Suka menyembunyikan sesuatu pemberian kepada keluarga suami ataupun istri
4.Adanya campur tangan orang tua baik dari pihak suami atau istri yang terlalu jauh
5.Suka menyinggung perasaan anggota keluarga, baik anak, suami maupun istri dan sering melontarkan dan terbiasa bersikap dan berkata kasar
6.Istri atau suami yang terlalu pencemburu
Hambatan-hambatan itu bila tidak diselesaikan, terkadang dapat menjadikan konflik dalam rumah tangga yang ujungnya dapat memutuskan hubungan atau ikatan tali pernikahan kedua orang tua. Diketahui bahwa perkawinan pada dasarnya adalah mempertemukan dua orang yang berlainan jenis dari lingkungan asalnya yang berbeda, yang juga dengan latar belakang adat, kebiasaan, watak, pribadi, pola asuh dalam keluarga dan pendidikan serta dengan harapan dan keinginan masing-masing yang berbeda. Melalui perkawinan mereka sepakat untuk mempertemukan segala perbedaan-perbedaan itu menjadi suatu kesatuan yang padu dalam rangka membina keluarga yang bahagia dan sejahtera. Oleh karenanya semakin banyak persamaan yang dimiliki diantara pasangan itu, maka semakin mudah mereka menciptakan keharmonisan dalam keluarga.
Terjadinya beberapa masalah atau kasus yang dialami para siswa di sekolah, khususnya di SMK NEGERI 52 Jakarta, salah satunya karena akibat faktor terjadinya konflik di dalam keluarga atau orang tua. Beberapa data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa anak-anak yang bermasalah di sekolah umumnya disebabkan karena terjadinya permasalahan di dalam keluarga. Masalah perceraian orang tua dalam rumah tangga atau masalah lainnya yang terjadi di dalam keluarga yang pada akhirnya dirasakan oleh anak atau siswa, umumnya akan terbias didalam aktivitasnya di sekolah. Beberapa permasalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh siswa bermasalah diantaranya adalah karena terlibat kasus kriminal, perkelahian/kenakalan biasa, keresahan, dan lain sebagainya. Kondisi yang demikian jika tidak ditangani baik oleh orang tua selaku unsur dan pihak guru selaku unsur sekolah, maka akan dimungkinkan menyebabkan siswa semakin jatuh terjerumus pada permasalahan-permasalahan yang lebih besar lagi di kemudian hari.
kondisi yang terjadi ini, umumnya membawa pengaruh yang tidak baik, tidak saja bagi diri siswa, namun juga bagi nama baik keluarganya maupun sekolah sebagai contoh diantaranya adalah ; kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah, sulit untuk meningkatkan mutu, menyulitkan hubungan antara sekolah dengan institusi lain contoh hubungannya dengan dunia usaha atau dunia industri, dan adanya kecenderungan sekolah yang sering bermasalah selalu disalahkan.
Konflik yang dialami oleh siswa di lingkungan keluarga, sudah tentu akan dapat menghambat segala aktivitas maupun pembentukan dan perkembangan kepribadiannya di sekolah. Oleh karena Sekolah di dalam peranan dan fungsinya menjalankan dan melaksanakan proses pengajarannya mencakup berbagai aspek, tidak saja dari segi pencapaian kognitif ( pengetahuan ) maupun psikomotorik ( ketrampilan ), namun juga memiliki sasaran dan pencapaian tujuan aspek attitude ( sikap ) dan kepribadiannya. Lingkungan keluarga sesuai dengan alamnya adalah menyediakan bagi anak kesempatan untuk berkembang secara sehat jasmani dan rohaninya dalam suasana penuh rasa aman, dilindungi, disayangi, dan dicintai. Kegagalan keluarga dalam memberikan semua itu akan menyebabkan terjadinya situasi konflik pada diri anak.lantaran tidak atau kurang adanya rasa saling memiliki tentang eksistensinya didalam keluarga.dan kegagalan ini pada gilirannya akan membuat anak secara alami bersifat general, baik dalam pengambilan keputusan maupun pengalamannya pada proses pendidikan dan kepribadiannya.
Dengan demikian pengaruh itu akan berpindah kepada situasi lain yang semakin kusut dan kompleks. Salah satu alternatif yang di upayakan dalam mengatasi kepribadian anak atau siswa yang bermasalah akibat pengaruh perasaan orang tua didalam keluarga adalah dengan menjalin kerja sama yang baik antara sekolah dan keluarga, dan sekolah pada akhirnya harus mampu bekerja sama secara baik dan benar, serta saling membantu dalam mengkoordinasikan persoalan-persoalan atau permasalahan-permasalahan yang terjadi pada diri anak secara bersama dan berupaya mencapai kesepakatan dalam berbagai hal yang berhubungan dengan pendidikan sebagai alternatif untuk menggapai dan meraih masa depannya yang lebih baik, tidak saja bagi kepentingan keluarganya namun juga bagi kepentingan tujuan kepentingan sekolahnya.
Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, pendidikan menengah kejuruan ( SMK ) merupakan pendidikan yang berada pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didiknya untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu sesuai dengan pengkajian dan pendalaman program studinya serta kemampuan untuk dapat beradaftasi di lingkungan kerja maupun masyarakat, melihat peluang kerja dan mengembangkan dirinya di kemudian hari.
Guna memwujudkan tujuan dari pendidikan nasional, pada kurikulum SMK edisi tahun 2004 disusun dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan jenis pekerjaan, lingkungan sosial, kebutuhan pembangunan nasional, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian.
Pada buku Bagian I kurikulum SMK edisi tahun 2004 tentang landasan ekonomis dijelaskan bahwa :
“Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang produktif yang langsung dapat bekerja dibidangnya setelah melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, dengan demikian pembukaan program diklat di SMK harus responsif terhadap perubahan pasar kerja.”
Lembaga pendidikan SMK di dalam menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan ( diklat ) atau pembelajaran berbagai program keahlian disesuaikan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan. Substansi atau materi yang diajarkan di SMK disajikan dalam bentuk berbagai kompetensi yang dinilai penting dan perlu bagi peserta didik dalam menjalani kehidupan sesuai dengan jamannya. Kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi manusia Indonesia yang cerdas dan pekerja yang kompeten sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan oleh industri/dunia kerja/asosiasi profesi. Kesemuanya itu tidak akan berhasil dengan baik secara optimal jika peranan keluarga sendiri tidak mendukung upaya-upaya untuk membantu perkembangan kepribadian dan keberhasilan pendidikannya dengan sekolah
Refleksi Diri
" IMPULSE "
"...Serangkaian do'a ingin kupanjatkan "
Kepada-Mu ya Illahi Robbi
Atas segala nikmat dan rahmat yang Kau Curahkan
kepada ku, hamba-MU yang rapuh
Rapuh akan kemilau dunia fana
Rapuh akan ambisi dan motivasi kefanaan
" Kutegakkan sholatku.."
Hanya keinginanku masih untuk
memenuhi kewajibanku Pada-MU
bukan semata kebutuhanku Pada-MU
"Ya Allah, segala kepunyaan-MU lapis langit ketujuh "
Segala kekuasaan-Mu seisi langit bertawaf menyebut Asma-MU
Berikan hamba-Mu yang rapuh ini
Lebih mengenal-Mu
Bahwa Engkau memang kekasih terbaik
Yang senantiasa merangkum kedukaanku
Menjagaku...disetiap langkah-langkahku
Berikanlah padaku kebersihan hati
Berikanlah padaku kebenaran sejati
Berikanlah padaku cahaya yang bersih
Karena hati ini masih sering terpesona
tentang segala keindahan fana yang ditawarkan dunia
"...Serangkaian do'a ingin kupanjatkan "
Kepada-Mu ya Illahi Robbi
Atas segala nikmat dan rahmat yang Kau Curahkan
kepada ku, hamba-MU yang rapuh
Rapuh akan kemilau dunia fana
Rapuh akan ambisi dan motivasi kefanaan
" Kutegakkan sholatku.."
Hanya keinginanku masih untuk
memenuhi kewajibanku Pada-MU
bukan semata kebutuhanku Pada-MU
"Ya Allah, segala kepunyaan-MU lapis langit ketujuh "
Segala kekuasaan-Mu seisi langit bertawaf menyebut Asma-MU
Berikan hamba-Mu yang rapuh ini
Lebih mengenal-Mu
Bahwa Engkau memang kekasih terbaik
Yang senantiasa merangkum kedukaanku
Menjagaku...disetiap langkah-langkahku
Berikanlah padaku kebersihan hati
Berikanlah padaku kebenaran sejati
Berikanlah padaku cahaya yang bersih
Karena hati ini masih sering terpesona
tentang segala keindahan fana yang ditawarkan dunia
Langganan:
Komentar (Atom)