PENERAPAN METODE MENGAJAR YANG BAIK PADA MATA PELAJARAN PKNS
Oleh : Heri Herawati, S.Pd
Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang mencintai tanah air dan bangsa sendiri, tetapi tetap menghormati bangsa-bangsa lain di dunia. Rasa kebangsaan akan terbentuk dengan dua unsur yaitu secara obyektif dan secara subyektif. Unsur obyektif adalah suatu kesamaan bahasa, agama, tradisi, sejarah atau letak geografis tempat tinggal yang sama. Sedangkan unsur subyektif adalah suatu kehendak dan keinginan tentang adanya tujuan bersama untuk membentuk suatu negara, yaitu negara kesatuan Republik Indonesia.
Martabat dan harga diri suatu bangsa merupakan kedudukan yang terhormat di kancah pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Suatu bangsa akan memiliki martabat dan harga diri yang baik apabila bangsa itu telah merdeka dan memiliki keunggulan-keunggulan, diantara keunggulan itu seperti di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, prestasi oleh raga, kedisplinan warga negaranya, memiliki etos kerja yang baik, dan tingkat kesejahteraan rakyat yang tinggi. Disamping itu juga memiliki tingkatan harkat kemanusiaan serta kedudukan yang terhormat.
Bangsa yang besar dan maju selalu tidak terlepas dengan peningkatan kualitas hasil pendidikannya. Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia adalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan brtaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepibadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Di lain itu Pendidikan Nasional mengupayakan untuk mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Untuk itu dalam pelaksanaannya dikembangkan iklim belajar dan mengjar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri sendiri serta sikap dan prilaku yang inovatif dan kreatif pada diri peserta didik. Dengan demikian Pendidikan Nasional diharapkan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan dan kemajuan bangsa.
Dalam menjalankan fungsinya, pendidikan berstandar pada dua dimensi asasi, yaitu tabiat individu dan lingkungan sosial. Kepribadian individu tidak lain merupakan hasil interaksi antara tabiat ( nature ) kemanusiaannya dengan faktor-faktor lingkungannya. Dalam pengertian, bahwa tingkah laku manusia merupakan produk interaksi antara tabiat dan lingkungan sosialnya yang juga merupakan karakteristik dari proses pendidikan. Tanpa adanya interaksi tersebut, pendidikan tidak akan dapat berfungsi dengan baik. Oleh karenanya di dalam kepribadian manusia dan lingkungan sosial perlu adanya hubungan timbal balik yang baik dan elstis untuk memungkinkan terjadinya pembentukan kepribadian manusia secara benar.
Sebagai bagian dari pelaksana sistem pendidikan nasional, pendidikan menengah kejuruan ( SMK ) merupakan tingkatan pendidikan yang berada pada jenjang pendidikan menengah atas yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didiknya untuk dapat siap kerja dalam bidang kerja tertentu sesuai dengan pengkajian dan pendalaman program studinya serta kemampuan untuk dapat beradaftasi di lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat, mampu memanfaatkan peluang kerja serta mengembangkan kemampuan dan kecakapan dirinya untuk bekal dikemudian hari.
Penerapan yang dilaksanakan dalam sistem pendidikan nasional guna mewujudkan ketercapaian tujuan tersebut diimplemantasikan pada kurikulum untuk SMK edisi tahun 2004 yang mengacu dan memperhatikan pada tahap perkembangan siswa dan kesesuaian jenis pekerjaan, lingkungan sosial, kebutuhan pembangunan nasional, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Hal ini bertitik tolak dari landasan ekonomis kurikulum SMK edisi tahun 2004 pada buku Bagian I yang dijelaskan sebagai berikut :
“ Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang produktif yang langsung dapat bekerja dibidangnya setelah melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, dengan demikian pembukaan program diklat di SMK harus responsif terhadap perubahan pasar kerja. “
Guna menyiapkan kondisi peserta didik menjadi manusia produktif yang selalu siap dengan kebutuhan dunia kerja, maka di dalam pelaksanaan proses pembelajarannya atau pendidikan mengacu kepada berbagai aspek pendidikan. Tidak saja dari aspek ketrampilan ( psikomotorik ) semata, namun juga harus mengacu pada aspek pengetahuan ( knowledge ) dan aspek sikap ( attitude ). Berbagai aspek kompetensi ini sangat penting diberikan dengan harapan tidak saja dihasilkan manusia-manusia yang terampil saja, namun juga memiliki kecerdasan, kecakapan, dan sikap-sikap yang terpuji sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan masayarat dan negaranya.
Materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah ( PKnS ) pada pelaksanaan kurikulum SMK edisi tahun 2004 merupakan gabungan dari dua mata pelajaran aspek normatif antara Pendidikan Pancasila Kewarganegaran ( PPKn ) dan Sejarah yang disusun dengan tujuan untuk memberikan pengenalan, pemahaman dan pengamalan siswa tentang hakikat wawasan kebangsaan yang ruang lingkupnya memenuhi hakikat wawasan kebangsaan yang berkaitan dengan kepentingan peserta didik / siswa di lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerjanya. Dengan mengenal dan memahaminya secara benar diharapkan siswa dapat menjadikan acuan dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku. Selain itu siswa atau peserta didik juga dituntut untuk dapat lebih kreatif dan luas pengetahuannya agar lebih dapat mengembangkan sikap yang tepat di masa depan serta memiliki kesadaran diri sebagai warga negara yang bertanggung jawab atas masa depan bangsanya.
Berdasarkan tuntutan tersebut, maka guru yang berfungsi dan berperan sebagai pendidik, fasilitator, motivator dan juga seorang organisator sudah tentu harus mampu menciptakan dan mengupayakan suatu proses interaksi proses pembelajaran dan pelatihan yang tidak saja membngkitkan motivasi dan keinginan untuk belajar namun juga mampu mewujudkan proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif, inovatif, berpikir kreatif, dan berkualitas. Strategi pembelajaran yang diimplemantasikan melalui penerapan metode belajar adalah kemampuan seorang guru dalam mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Mata pelajaran PKnS yang diselenggarakan di tingkat SMK merupakan salah satu mata pelajaran aspek normatif yang menjelaskan tentang konsep-konsep ilmu pengetahuan secara verbalisme, juga meningkatkan dan mengembangkan daya kreatifitas berpikir peserta didik. Oleh karenanya bagaimana mengupayakan siswa memiliki motivasi dan keinginan siswa untuk belajar dan berpikir kreatif dalam upaya mewujudkan ketercapaian hasil belajar yang diharapkan, maka seorang guru harus mampu melaksanakan strategi pembelajaran atau penerapan metode belajar yang efektif dan berkualitas.
Disadari bahwa penerapan metode belajar yang dilaksanakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisi baik secara internal maupun eksternal. Namun dibalik adanya kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing strategi pembelajaran sudah semestinya ada yang lebih efektif, efisien dan berkualitas.
Aspek normatif pada mata pelajaran PKnS di tingkat II, khususnya pada jurusan atau program studi Teknik Listrik tidak saja sekedar mengembangkan dan meningkatkan aspek pengetahuan semata, namun juga diharapkan siswa mampu untuk berpikir inovatif, kritis dan juga kreatif sehingga dapat terjadinya interaksi belajar yang positif antara peserta didik dan pendidik dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu diharapkan juga realisasi perwujudan bentuk sikap, tindakan, dan tingkah laku ( affektif ) yang mampu ditampilkan oleh siswa pada kehidupan sehari-harinya, selaku mahluk individu maupun mahluk sosial. Bertitik tolak dari tujuan yang diharapkan itu penerapan metode diskusi dalam pembelajaran mata pelajaran PKnS memiliki kekuatan dan kebaikan dibandingkan dengan penerapan metode belajar yang lain, salah satunya metode belajar kelompok.
Terjadi fenomena bahwa mata pelajaran PKnS yang disampaikan di kelas terkesan hanya sebagai kelengkapan pencapaian nilai kelulusan semata, dan kurang mampu menjadi tolak ukur dan aktualisasai dari pelaksanaan sikap dan prilaku yang diharapkan oleh sekolah dalam kehidupan siswa sehari-hari. Salah satu faktor terjadinya kondisi pemikiran yang demikian yang dipahami oleh peserta didik, oleh karena kurangnya kemauan dan kemampuan guru untuk berimprovisasi dengan penerapan berbagai metode pembelajaran yang ada guna membangkitkan motivasi dan keinginan siswa tidak saja untuk hadir namun juga berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan pola berpikir kreatifnya. Disadari bahwa guru yang baik dan profesional adalah guru yang mampu melaksanakan proses pengajaran yang dapat dimengerti siswa, membangkitkan keinginan belajar siswa serta siswa dapat turut berperan aktif dalam pelaksanaan proses interaksi belajar di kelas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah.
Pada kesempatan ini dan dalam rangka penulisan skripsi ini, penulis ingin meneliti tentang adanya dugaan sementara ( hipotesa ) bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran PKnS pada tingkat II program studi teknik elektro ( teknik listrik ) penerapan metode diskusi dan metode belajar kelompok memiliki perbedaan terhadap nilai hasil belajar siswa. Dan terdapat kecenderungan penerapan metode diskusi pada mata pelajaran PKnS ini berpengaruh positif dibandingkan dengan penerapan metode belajar kelompok. Dalam pengertian bahwa penerapan metode diskusi pada pembelajaran mata pelajaran PKnS mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap nilai hasil belajar siswa maupun tujuan pembelajaran. Pernyataan ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Moh. Ali, yaitu :
“ Bahwa metode diskusi dapat disesuaikan dengan cara belajar siswa aktif, yang pada hakikatnya merupakan suatu konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar baik dilakukan guru maupun siswa di dalam mewujudkan tujuan pembelajaran. “
Berkenaan dengan pernyataan ini dan dugaan sementara, maka dalam penelitian ini penulis ingin membuktikan bahwa penerapan metode diskusi mampu memberikan pengaruh yang positif dan lebih baik bagi ketercapaian tujuan belajar dan terutama terhadap nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKnS dibandingkan dengan penerapan metode belajar kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar